25 Februari 2010

<[Mengenangkan..]>

Tak menyesal sedikitpun aku mengingatmu...
Hingga ku lewati malam ini ku tetaap mengagumimu,
Begitu bangga nya diriku bersamamu,
Dulu pun kini.

Ingin ku ceritakan pada semua orang...
Aku dan kamu punya cinta yang begitu mengagumkan,
Membuatku terus bertahan dan bertahan sampai detik ini,
Meski pias perih kini terpahat.

Hampir setiap cela mu di mata mereka,bagiku indah...
Sedangkan semuanya telah bertahun-tahun berlalu,
Kau tetap saja indah bagiku,
Cinta kah yang kurasakan ini?..

Di balik semua keperihan ini...
Tak lekang jua ku memujimu,
Meskipun mungkin kau tetap takkan kembali,
Aku tetap tak menganggapmu pergi.

Ku kenangkan cintamu sekali lagi...
Ku buai diriku sendiri agar senantiasa nyaman pernah bersamamu,
Sampai kapanpun ku nyaman bersamamu,
Senyaman ketika kau masih disini bersamaku,
Dalam hati dan janjiku..

<[Lelakune Ati]>

Soyo sewu soyo sepi...
Orah usah digetuni,
Kabeh bakal ngalami,
Iku mono cuma perkoro wektu..

Kahanan iki ora mung aku sing ngrasakno...
Ojo ndadekno atimu gelo lan cidro,
lilo o..lilo o..

Sak anggermu ngersulo..
Sak anggermu olehe getun..
Ora bakal iso ngerubah opo sing wes dadi pandume Gusti,
Mulo iku elingo lan ojo terus ngersulo.

Atiku yo atimu...
Sak pirang-pirang anggere nyacat,
Atiku yo atimu..
Sak pirang-pirang anggere njaluk.

Lelakune ati...
Ora ono sing kebacut mung awak e dewe,
Mulo soko iku,
Lilo o..lilo o marang pandume Gusti.


<[Luka]>

Aku terluka..

Luka...
Aku membiur parah.

Luka...
Aku luka-luka.

Luka..
Aku mati.

Luka..
Aku perih.

Luka..
Hatimu terluka.

Luka..
Rejam aku luka.

Luka..
Luka..
Cinta ku terpendam luka.

luka..
Rinduku terluka.

Luka..
Oh..Luka..
Mati kan aku,luka..

<[Aku Harus Pergi]>

Tak ada tetesan airmata..
Pun tak ada kata menyanggah..

Lebur hatiku bersama kehilangan...
Cinta bagai ukiran tanpa warna,
Teramat pedih mengharap,
Cintaku kini telah berkalang darah.

Manakah kepiluan terbesar dari kehilangan ini...
Kepergian membuatku harus pergi,
Tak sedikitpun menoleh membawa hatiku,
Sisakan kelukaan mengabadi.

Aku harus pergi juga...
berlama-lama disini hanya kan terus meluka,
Walau ku tak tahu disini pun apakah ku juga tak terluka,
Namun ku harus pergi..

Biar tak tersisa lagi cinta ini...
Biar tak ada lagi yang ku cintai,
Biar..
Biar..
Terlalu perih ku begini siksa.

<[Siapa Kan peduli]>

Aku sudah kering...
Tak memilikimu adalah kehilangan parah,
Telah ku cinta dan ku cintai dirimu,
Hingga aku kalap.

Siapa lagi yang kan peduli sepertimu...
Yang menerima ku begitu tulus dan penuh cinta,

Siapa lagi yang peduli sepertimu...
Hilangkan ku dari kegairahan.

Siapa lagi yang peduli sepertimu...
menyertaiku dengan tanpa pernah lelah.

Siapa lagi kan sepertimu...
Ku minta jua kau saja.

Siapa lagi pedulikanku...
Jika kau sudah tak peduli diriku,
Hidupku..
Hatiku..
Cintaku..

<[Setelah Kau pergi]>

Terhenyak tanpa kata...
Menyeruak selubung hatiku perih berlaksa,
Tak mampu ku bendung dan tak berdaya ku cegah,
Aku kecewa.

Sejuta damba dan rindu memendam...
Riak bangga ku pun tenggelam ke hati terdalam,
Sperti sudah tak ada lagi kata terungkap,
Kepergianmu meninggalkan luka sangat-sangat merejam.

Berapa lama kan ku jalani lagi...
Waktu-waktu ku semenjak kau pergi,
Kini lagi dan lagi kau memutuskan tuk pergi,
Masihkah hatiku kan kembali menerima mu kelak?..

Aku bimbang...
Luka ini tak semestinya ku rasakan,
Gelisah ini tak seharusnya menenggelamkanku kembali,
Aku masih mencintainya..
Masih dan masih kan tetap mencintainya.

Perih..........

<[Cinta..Maafkan Bila..]>

Ada kias dan kata yang tak berkenan...
Maafkan bila sudra ku ini mendukakan,
Maafkan bila cinta ini memenjara.

Cinta...
Maafkan bila rasa ku dan mau ku tak sejalan,
Maafkan bila kealpaan membuatmu gundah,
Maafkan bila ternyata sikap dari rasa ini tak seiring tingkah.

Cinta..Cinta...
Jangan buat aku pilu sendiri,
Jangan bakar aku dalam kefanaan abadi,
Jangan biarkan aku memuai dan membuatmu pergi.

Cinta...
Maafkan bila ku tetap cinta.

<[Aku dalam pandanganmu]>

Kalau dulu aku orang yang penyabar menurutmu,begitupun sekarang...
Meski terkadang aku tak tahu kesabaran bagaimana yang engkau maksud,
Aku mungkin bisa tetap bersabar yang kau tak bisa melakukannya,
Tetapi..
Akankah kesabaranku ini kau permainkan?..

Bukankah telah ku perbuat yang selayaknya ku perbuat...

Bagiku...
Mencintaimu adalah pilihan,
Yang mana aku musti berbuat yang terbaik untukmu,
Untuk kita,aku dan kau.

Tdak ku paksakan bersabar terhadapmu...
Sebab kesabaran itu mengalir dengan sendirinya,
Kalaupun aku jadi pemaaf,
Pandangan cinta ku lah yang membuatku pemaaf padamu.






24 Februari 2010

<[Hatiku..Hatimu dan Hatinya]>

Suka kah kau menyisakan sedikit waktumu dengannya?...
Aku tahu kau bahagia bersamanya,
Terpancar dari binar tatapan mata dan tiap kata yang kau tuliskan,
Suka kah kau bila hatinya pun sama seperti hatimu?..

Sudah terlanjur perih ku dekap kini...
Ku lalang setiap rembesannya mengaliri hatiku,
Ku jelang tiada henti,
Tak peduli sesuka apa kau terus menjalani waktumu dengannya.

Tak ku ratap kebahagiaanmu...
Meskipun tak ku tahu sejujur apa hatimu ketika kau ucap rindu padaku,
Hingga ku sisakan senyum ketabahan tuk menutupi retaknya percayaku,
Hanya karna ku ingin kau tetap menikmati bahagiamu dengannya.

Apa kau kira aku tiada memperhatikanmu?...
Apa kau kira ku diam dan itu karna ku tak melihatmu?..
Apa kau sangka kesabaranku adalah tempat mudah tuk kau datang dan pergi?..
Apa kau duga hatiku selalu bisa menerimamu sedalam apa kau tikam?..

Meski ku tiada membencimu..
Meski ku takkan pernah melupakanmu..
Meski ku takkan membiarkanmu kecewa..
Namun tidak untuk kembali dan melukaiku lagi.

<[Lembah Perih]>

Ku seka laburan basah rintik hujan malam ini...
Sebagaimana ku seka desah peluh yang ku tanggung,
Seperti berlaksa-laksa menghujam lirih,
Pedih dan memerih.

Aku memekik sesak...
Ku cakarkan asa pada langit kelam,
Ku seruak rimbunan malam dengan doa-doa tak kunjung lelah,
Dan ku tahtai geliat sepi merengkuh hati.

Jiwaku gamang...
Mudah nian terbius dalam keniskalaan,
Merajut indah seolah tak pedulikan perjalanan juga curam,
Tak meretas pualam menjadi emas.

Sukarkan aku...
Hingga kemudahan menjadi awal kemenangan,
Sadari peluh dan perih adalah pengorbanan,
Hingga Azali kebahagiaan kan termiliki.

<[Yang Terlupakan]>

Tak perlu ada pengakuan lagi sebagai bukti...
Kesibukan telah membuatmu melupakan,
Hal yang sempat kau anggap sangat berarti,
Pun nyatanya tak ada tegur sapa.

Apa Aku yang musti memulai menyapa...
Jika ku tahu kau takkan suka berlama-lama,
Atau mungkin ada yang lebih berarti dari bersamaku,
Dan aku pun tetap menyenyuminya.

Aku tak benci padamu...
Aku sadar benar jikalau suatu saat kau pun melupakanku,
Aku memang pernah berarti dalam hidupmu,
Tetapi...hanya saat itu.

Kini ku sadar...
Tak salah bila ku sebut itu adalah nuansa rasa hatimu,
Pernah berharap dan kan terabaikan kembali,
Mungkin juga sekedar kekaguman sesaat lalu pergi meraih mimpi.

Kini...
Aku yang terlupakan,
Aku juga tak pernah meminta tuk slalu kau ingat,
Namun memang ku selalu berharap,
Kau kan tersadar dan bisa merasakan seperti apa juga bagaimana,
Jika kelak itu kau..

15 Februari 2010

<[pendam Aku Cinta]>

Aku tembangkan suka citanya hatiku...
Pada perdu-perdu yang terlewati di sepanjang jalan,
pada lintas lalang mata memandang.

Aku titipkan laksa doa indah...
Pada putaran waktu yang terus berlalu,
Pada arsiran mega-mega kelam ku sematkan,
Aku bahagia dalam peluh jatuh cinta.

Jangan cepat berlalu...
Ku berharap tiap menit kan terasa bahagia seperti ini,
Tak sisakan siksa merindu dan asa bersua lagi,
Hingga tak kudapati penantian panjang.

Jangan pergi...
Peluk aku dalam damaimu.
Rengkuh aku dengan laburan tentram,
Dekap erat aku dari hati atas hati.

Abadikan rasa ini...
Jatuh cintakan aku disetiap yang kau jejaki,
Selimutiku dengan rasa nyaman cengkramamu,
Hingga tak ada hari esok yang menyedihkan.

Biar pendam aku...
Cintai ku dengan cinta yang tak ada habisnya,
Tanpa pernah bosan dan jemu pun terelakan slalu,
Di cintamu yang tetap cinta untukku.

<[Menguak Sisi kerapatan Hati]>

Ku tunjuk satu kenyataan masa lalu tuk ku ingat lagi...
Berharap ada sisa bahagia yang bisa kuperbaiki buat masa kini,
Hingga aku tiada lelah memahaminya,
Sampai ku bisa menyadari itu adalah yang terbaik.

Terlalu rapatkah hatiku menggenggam cerita masa itu?..
Terlalu rapatkah hingga tak seorangpun ku perbolehkan mengetahuinya?..
Terlalu takutkah aku bila nanti itu hanya kan jadi hal yang menyedihkan?..
Terlalu cemaskah jika cerita itu menjadi kesalahfahaman berkepanjangan?..

Aku tetap menyayanginya...
Tanpa sedikitpun membedakan seberapa baik dirinya padaku,
Tanpa melihat seberapa banyak luka yang pernah di torehkan atas hatiku,
Tanpa melihat seburuk apa yang dia takutkan atas sikapku setelah perbuatannya.

Aku justru kini takut...
KEMBALI yang dia inginkan dianggap adalah jalan terbaik baginya,
Dengan alasan memperbaiki kesalahan dan rasa cinta nya masih untukku,
Berharap dia bisa melakukan apa saja yang aku inginkan semauku,
Dan takkan lagi mengkhianatiku.

Apa aku bisa melihatnya tetap putih seperti masa itu?...

Ya..Aku bisa melihatnya tetap putih seperti dulu,
Tetapi tak pernah terfikirkan olehku menerimanya kembali,
Sudah berulang kali ku beri kesempatan tetap saja dulu tak berubah,
Jika kini aku begini,maka maafkan bila tiada bisa ku terima.

Bukankah untuk waktu yang lama aku memberimu kesempatan?...
Aku bahkan pernah bersedia datang dan meminta nya kembali,
Agar sudi memperbaiki dan tak mengulangi hal yang sama,
Dan kenyataannya tetap diacuhkan.

Aku sudah lelah dengan kebaikan yang terus ku tawarkan dulu...
Meskipun pada saat yang sama aku harus kecewa dengan sikapnya,
Berulang-ulang kali tak lelah ku coba mengingatkan,
Toh aku tetap kalah..

Maafkan aku...
Jika di sisa waktu ku kini tak bisa ku penuhi,
Biar ku simpan sisa kenangan itu di kerapatan hatiku,
tetaplah ceria dan dapatilah bahagia..
Selalu..
Semoga..

<[Bila Cemburu Melarut]>

Tak cukup rasanya setiap alasan diungkap...
Seperti ada guliran bola api yang terus menggelinding dan kian membesar,
Rindu jadi terasa hambar pun sia-sia,
Meski tak berdaya hati tetap masih mencinta.

Cemburu memang seperti api...
Ia mampu membakar kebenaran apapun serasa tetap saja dinilai salah,
Ia seperti tak mau memberi ruang penjelasan untuk diterima,
Hingga ia reda lebih dulu dan lebur kembali bersama rasa sayang.

Tetapi cemburu bisa menjadi tolak ukur perasaan...
Sejauh mana kepedulian didapat dan sejauh mana perhatian dicurahkan,
Maka cemburu seperti barometer rasa kasih sayang,
Selama tiada buta untuk melihat kebenaran.

Dan bila cemburu melarut...
Lebih baik tanamkan dalam diri jauh sebelumnya,
Tuk bisa mengendalikan rasukannya dengan selalu memperkuat rasa percaya,
membuka diri untuk lebih bisa mengendalikan emosi,
Semoga...

14 Februari 2010

<[Jangan Pergi Lagi]>

Usah turuti keinginanmu itu,jangan pergi lagi...
Bukankah aku tlah lakukan apa yang kau pinta?..
Bukankah aku sudah berusaha keras memenuhinya?..

Jangan pergi lagi...
Aku tak sanggup bila harus berharap kembali dan berharap lagi,
Aku tak sanggup bila harus menutup hati ini jika kelak kau meminta kembali,
Aku takkan sanggup memaafkanmu tuk kesekian kalinya.

Jangan pergi lagi,ku mohon...
Jangan buat aku membencimu,
Jangan buat aku tak lagi bisa melihatmu seputih selama ini,
Jangan buat aku harus memintamu tetap disini lagi.

Jangan pergi lagi,aku sangat berharap...
Tak ada lagi iba atau hati tuk memberi kesempatan,
Sudah cukup sudahi apapun hal yang bisa meleraikan kita,
Bukankah kita masih saling cinta?..
Bukankah kita telah sepakat menjaga hati kita?..

Jangan pernah pergi lagi...
Ku mohon..
Jangan buat ku sakit hati.

<[Rindu]>

Tiba-tiba menyergap hatiku...
Tak pelak ku pun blingsatan,
Tak jenak berharap diantara realita,
Tapi memang benar aku rindu.

Tidak pada dada malam ku sematkan...
Tidak pula pada sepi nya ku torehkan...

Biar rindu ini masih mengepakkan sayapnya...
Aku terima dan aku rasakan,
Indah..perih dan mengasyikkan.

Aku rindu...
Rindu pada ilalang yang pernah ku rebahi,
Rindu pada hempasan angin malam membelai sunyi,
Rindu pada cahaya mata yang beradu syahdu,
Rindu pada airmata bahagia menyatu asa,
Rindu pada purnama..
Rindu dan rindu pada onggokan rasa lama..

10 Februari 2010

<[Dapatiku Cinta]>

Rengkuh aku kembali,cinta...
Basuh hatiku dengan suci mu dan segenap rahasiamu,
Silaukan penglihatan dunia ku dengan nyata janjimu,
Bakarlah aku dengan keabadian.

Jika laila dan majnun pernah terbakar karenanya..
Jika Syekh San'an tercerahkan karenanya..
Jika Sang Raja pun tersesat dalam keterpesonaan syirin..

Maka Rengkuhlah aku besertamu,Cinta...
Tunjuki aku dan bawa aku pada cinta seperti cinta Alhallaj,
Sertakan aku pada cinta seperti cinta Rumi,
Kosongkan aku seperti cinta pada cinta Adawiyah.

Terhinakah aku olehmu,Cinta...
Terhinakah aku oleh bisik cela dan cacat atas ku denganmu,Cinta...

Aku tak peduli apa kata mereka,Cinta...
Biar kata apa mereka ungkap,
Biar celoteh apa mereka buat,
Bukankah keyaqinan kan membawaku menemuimu,Cinta..

<[ Manzilah dan Kesabaran]>

Pada manzilah...
Bersabarlah dan mari belajar bersabar..
Tak peduli seperti apa argumen jiwamu hendak menentang kemuliaan hati,
Bersabar dan belajarlah tuk tetap bersabar..
Muliakanlah dirimu...

Setiap ketergesaan adalah kepincangan...
Mengasah refleksi pada kebuntuan memandang jauh ke depan,
Peduli masa sekejap lupa masa selanjutnya,
maka tak ada ketergesaan yang mendamaikan.

Manzilah-Nya adalah manzilah-Nya...
Tak diterima dg rela pun manzilah-Nya berlaku,
Maka terhadap manzilah-Nya,ridlo dan bersabarlah...
Rohmat-Nya selalu terbuka lebar-lebar.

Dan dengan kesabaran...
Mulialah hati,jiwa dan dirimu dalam hasanah-Nya,
Terbitlah keridloan mengisi hati dan kelapangan jiwa memancarkan cahaya,
Alloh selalu beserta orang-orang yang sabar dan bersabar atas manzilah-manzilah-Nya.

04 Februari 2010

Bilur Tak bernama

Sudah ku kemas dari hati untuk hati...
Tidak ada harga lebih tinggi dari sekian rahasianya,
Hati dan hati coba tetap selalu ku jaga,
Agar hati tetap menjadi nilai tertinggi dari seluruh anggota badan.

Terkadang ada saja sepi merebak....
Mungkin seperti suasana belantara di perbukitan,
Hembusan angin dan hijau pepohonan membaur kesejukan,
Mungkin itulah makna sepi yang datang menorehkan pilihan.

Terkadang serasa gersang membimbang...
Seperti kering tak beroleh keindahan yang teringini,
Gerah dan membosankan,
menggeliatkan amarah dan keterasingan tersendiri.

Ada bilur tak bernama pun terasa...
Tak tahu sebab dan akibat datang tiba-tiba,
Kadang melentuk dan kadang begitu berapi-api,
Begitu rahasia dan mena'jubkan...