Rinai-rinai hujan menitik...
Begitupun iring-iringan suara hati yang letih,
Mengurung kesababan yang berimpulse.
.."Kemana aku membagi ini semua?"...
Tak ada sesuatu yang dapat aku salahkan,
Segalanya memang terjadi sebagaimana adanya.
.."Biarlah..biarlah.."...
Ini mengering dalam ruangnya,
Bersama waktu dan jalaran akarnya.
.."Meski manis mengemis"...
Sisa rintikkan yang menyatu padu.
.."Biarlah.."...
Sekerlip api dalam temaram,
Seka peluh seka juga duka.
Semakin dingin...
Beku dalam bisu bermenit-menit,
Dengan langkah-langkah penuh sunyi..
Senyap...
Lenyap dalam hilang.
Yang mengalun memecah sunyi,tatkala kesendirian merasuk dan manakala hati terbuai dalam balur tak bernama..Tersenyum sendiri..Terbuai mimpi..Lalu terhenyak sirna tanpa kata.
13 Mei 2009
Irama Sunyi
Sebersit kata hati menembang
Sepasang mata pun turut mengembun
Bersama mengalirnya cerita di masa dulu.
Ada suka yang tiada di ceritakan..
Betapa rahasia bahagia itu dirasakan..
Seolah tak ada habisnya dahaga itu menembus rongga dada,
Dada kasih rasa hati.
.."Dimana engkau?"...
Dinding waktu ini memecah
Jarak itu pun jauh membelah
Satu purnama tak jua kunjung sua.
.."Andai kau dengar.."...
Dua wajah runtuh dalam langit-langit
Atma hati meliriskan irama sunyi
Bersatu pun tak ada saat dan waktu.
.."Perbedaan itu.."...
Tertawan keinginan
Laksana jentik-jentik yang menggeliat di air
Ada rasa hati tuk bangkit
Namun apalah daya kekuatan terkungkung
Belum juga bertemu waktu
Dan saat pun menghibur di balik dinding
Aksara itu...Mengasap dan membeku haru.
Sepasang mata pun turut mengembun
Bersama mengalirnya cerita di masa dulu.
Ada suka yang tiada di ceritakan..
Betapa rahasia bahagia itu dirasakan..
Seolah tak ada habisnya dahaga itu menembus rongga dada,
Dada kasih rasa hati.
.."Dimana engkau?"...
Dinding waktu ini memecah
Jarak itu pun jauh membelah
Satu purnama tak jua kunjung sua.
.."Andai kau dengar.."...
Dua wajah runtuh dalam langit-langit
Atma hati meliriskan irama sunyi
Bersatu pun tak ada saat dan waktu.
.."Perbedaan itu.."...
Tertawan keinginan
Laksana jentik-jentik yang menggeliat di air
Ada rasa hati tuk bangkit
Namun apalah daya kekuatan terkungkung
Belum juga bertemu waktu
Dan saat pun menghibur di balik dinding
Aksara itu...Mengasap dan membeku haru.
Tak di rundung Kekal
Ritme-ritme indah mengalun mengusik nurani...
Kisah-kisah pun tiada juga meleleh,
Hati mencari-cari jiwa memilah-milah.
.."Baiklah.."..
Aku turuti sebuah mau yang berkehendak...
Aku hamparkan kesejahteraan pula disana..
Negeriku yang sepi..Negeriku yang sunyi
Syaratkan dalam waktu juga tuk sendiri.
Senja senyap malam pekat..
Mendung merundung bintang melintang..
Maka...
Sertakan aku berbaur menyatu.
Habis kikis merintih-rintih
Rindu mengerang merajuk tuju
Bertemu tak pula jadi mau
Berjumpa pun sama-sama tak restu.
.."Inikah kesalahan?"...
Bukan penyesalan menjadi keharusan
Sadar akan diri tegakkan hati
Meski mau di tampik jauh
Bukan berarti harus mati di rundung kekal..
Kisah-kisah pun tiada juga meleleh,
Hati mencari-cari jiwa memilah-milah.
.."Baiklah.."..
Aku turuti sebuah mau yang berkehendak...
Aku hamparkan kesejahteraan pula disana..
Negeriku yang sepi..Negeriku yang sunyi
Syaratkan dalam waktu juga tuk sendiri.
Senja senyap malam pekat..
Mendung merundung bintang melintang..
Maka...
Sertakan aku berbaur menyatu.
Habis kikis merintih-rintih
Rindu mengerang merajuk tuju
Bertemu tak pula jadi mau
Berjumpa pun sama-sama tak restu.
.."Inikah kesalahan?"...
Bukan penyesalan menjadi keharusan
Sadar akan diri tegakkan hati
Meski mau di tampik jauh
Bukan berarti harus mati di rundung kekal..
.."Kemana Mencari"..
Rinduku pun menjelma...
Rupa-rupa kedewasaannya menambah hati tuk sayanginya,meski sayang beribu malang bila namaku di hatinya tak lebih dari sekedar pelipur dan picingan sebelah mata.
Jiwaku menepis segala bentuk pelucutan asa,yang merongrong kembang-kembang manis senyum hati.
Begitupun ketiadaan bintang-bintang di langit sana...
Seakan kelam dan sepi selimuti segenap jawaban.
.."Ah.."..
Ada yang mengganjal di hati ini,ingin ku usir tetapi sulit merubah kedudukannya.
Semakin dalam aku sadari dan semakin dalam aku ketahui,maka semakin aku terpuruk bersama kasihku sendiri.
Dan malam kian mencekam...
Suara-suara jiwa serta hatiku mulai berkurang,
Kelabilan pun melanda,
Namun apakah yang menyakitiku?..
Nuansa masa lalu membawa pertentangan...
Kerlip kelopak mata ini beriring nafas yang tersengal-sengal,
Dan kesepian mewarnai semuanya.Elok paras wajahnya mengepul,
Jelangkan kasih tuk milikinya.
Aku ingin segera adanya...
Tuntut nurani yang tak segan dan tak enggan lagi meminta pada diriku sendiri,meski sebenarnya aku sempat menyesal..
Membohongi hati dengan rayuan dan asa yang tak kunjung adanya,serta terwujud nyata.
Selalu dan slalu ku bujuk diriku,bahwa masih terlalu mentah mimpi-mimpi ini.
Nurani pun semakin merengek-rengek...
Betapa pedih aku mendengarnya,
Pedih bila aku tak mampu memenuhi pinta hingga kian lama rengekan itu menjadi jerit pilu yang mencekam.
Keibaanku pun mengucur tanpa henti...
Hendak kemana aku mencarinya?..
Bujukanku pun habis tercurah,
Berantakan aku merangkul nurani,
Sembab dan iba aku sadari keadaanku sendiri.
Rupa-rupa kedewasaannya menambah hati tuk sayanginya,meski sayang beribu malang bila namaku di hatinya tak lebih dari sekedar pelipur dan picingan sebelah mata.
Jiwaku menepis segala bentuk pelucutan asa,yang merongrong kembang-kembang manis senyum hati.
Begitupun ketiadaan bintang-bintang di langit sana...
Seakan kelam dan sepi selimuti segenap jawaban.
.."Ah.."..
Ada yang mengganjal di hati ini,ingin ku usir tetapi sulit merubah kedudukannya.
Semakin dalam aku sadari dan semakin dalam aku ketahui,maka semakin aku terpuruk bersama kasihku sendiri.
Dan malam kian mencekam...
Suara-suara jiwa serta hatiku mulai berkurang,
Kelabilan pun melanda,
Namun apakah yang menyakitiku?..
Nuansa masa lalu membawa pertentangan...
Kerlip kelopak mata ini beriring nafas yang tersengal-sengal,
Dan kesepian mewarnai semuanya.Elok paras wajahnya mengepul,
Jelangkan kasih tuk milikinya.
Aku ingin segera adanya...
Tuntut nurani yang tak segan dan tak enggan lagi meminta pada diriku sendiri,meski sebenarnya aku sempat menyesal..
Membohongi hati dengan rayuan dan asa yang tak kunjung adanya,serta terwujud nyata.
Selalu dan slalu ku bujuk diriku,bahwa masih terlalu mentah mimpi-mimpi ini.
Nurani pun semakin merengek-rengek...
Betapa pedih aku mendengarnya,
Pedih bila aku tak mampu memenuhi pinta hingga kian lama rengekan itu menjadi jerit pilu yang mencekam.
Keibaanku pun mengucur tanpa henti...
Hendak kemana aku mencarinya?..
Bujukanku pun habis tercurah,
Berantakan aku merangkul nurani,
Sembab dan iba aku sadari keadaanku sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)