Rona pipinya mewarna di dada
Surat cinta anak dara ini menyenja tua
Di tendang alas kaki mencoba mengusir
"Sembab naluri karena sebuah kata..
"Apa cinta yang meski harus ku korbankan?"..
Tangan mungilnya memainkan pena
Kertas wangi berbunga itu di raih
Mengungkit kerapatan hati dengan berkenang
Biar memuai perasaan cinta dalam dadanya.
"Inikah cinta ataukah sekedar nuansa?"..
Gemeretak-retak jemari menggenggam
Sedari lima kali ia coba memahami kembali
Wajah yang ayu itu telah bersimbah peluh
Tak terbaca lagi airmatanya yang mengalir perlahan
Gurat wajah terbenam dibalik gerai rambut
Utas-utasnya laksana mengikut dalam serta
Melupakan kecapan bimbang anak dara.
Tokoh dalam hati nya pun mulai meragui...
Bayangan damai koyak di antara kematraan rasa
Atma tinta itupun meluber ruah,
Berakhir di ujung lelahnya mata,
Redup dan hilang dalam niskala..
Yang mengalun memecah sunyi,tatkala kesendirian merasuk dan manakala hati terbuai dalam balur tak bernama..Tersenyum sendiri..Terbuai mimpi..Lalu terhenyak sirna tanpa kata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami Berharap komentar Anda di tulis dengan sopan