04 Mei 2009

…SERIBU SENJA DI HATI…

Aku sandarkan diriku diantara rentetan gemuruh di dada ini…
Menggelegaklah sepi…
Mencoba menidurkan bathinku yang sedari tadi memberontakkan ketidakpercayaan atas semua kenangan-kenangan manis di masa lalu.
Seperti seonggok kayu yang tertancap di tengah samudera lepas…
Tak tertancap tetapi justru terombang-ambing di hempas lalu lalang ombak,
terseret jauh entah kemana dan tak tahu lagi harus bagaimana.
Seribu senja ku…
Hanya nanar mata ini menumpu di sudut bumi nan letih mengemban harap,
nista tak terkira pada hati sendiri,
pada jiwa sendiri dan pada segenap impian indah tentang arti abadinya kebersamaan penuh cinta serta kasih sayang yang tercipta…
Terbaik untuk kita…

03 Mei 2009

.."Bilur-bilur Perih"..

.."Dia akan terbiasa tanpaku..",ku yakinkan itu...
Selama ini terlalu besar hatiku berharap,
terlalu banyak hal yang membuatku terpesona padanya,
hingga mampu percikkan cinta di hati.
Tiap saat ku coba perlahan membuatnya mengerti tanpa harus menciptakan goresan luka di hatinya...
Tetapi lain pula segala jadinya,
tajam duri itu pun menghujam dalam sedemikian dalamnya,
hingga hancur harapan ini tuk ku lumat sendiri.
Karena...
Tiap kali aku mendengar dia berkenang cintanya,
tiap kali dia menguak nama kekasihnya,
tiap itu pula hatiku mengharu biru.
Terlalu santun ia menikam..
Terlalu lembut ia menusuk..
Dengan hanya sebuah tatapan mata..yach..tatapan mata yang selama ini ku kenal penuh kedamaian di hatiku.

.."Bunga di Persimpangan"..

Entah mengapa...
Walau ku tahu ia telah melukai perasaan ini
semakin besar niat untuk lekas membuatnya mengerti.
Apakah selama ini dia sengaja tiada memahami...
Terus benakku kala pernah ku tangkap sesuatu
tentang tatapan mata itu telah ungkapkan kata hati.
Hingga nyatanya...
Aku pun menempuh hari-hari dalam sisi nya,
Kalaupun apa yang kurasakan benar dia kehendaki.
Andai tidak...
Aku harus puas menemaninya,
harus puas merawat luka bekas cubisannya.
Karena ku tahu...
Kejujuranku saat ini hanya kan menyentak hati,
hanya kan meluluhkan perasaan indah ini.
Terimakasih...
Walau benih luka telah kau tabur di hati,
namun kau telah memberi indah di hariku kemarin,
meski sekejap terkecap lalu sirna di perjalanan.

.."Semoga Kau Mengerti"..

Pada pagi yang hampir di genapi sinar mentari...
Kala berkehendak nurani,
menyeruak rerimbunan dahan-dahan kering,
serasa kolokan aku dibuai mipi.
Kebimbangan yang mengharungi..
Kebisuan yang terbeban..
Menyerpih serak di kuliti kenangan.
Kenyataanpun mencoba hadir...
Ada tatap mata yang mengusik,
ada tawa yang menyemai hati ini.
Aku sadar...
Perasaanku kini menemui kelembutannya,
seolah mengingini dia hadir bukan sekedarnya,
melainkan seorang yang memberi arti tersendiri.
Mungkin aku pengecut...
Tak berani mengatakan arti getar dalam perasaan ini,
tak mampu jujur menyatakan yang sesungguhnya,
namun aku kan selalu mencoba membuatnya fahami ini semua.

.."Dalam Semak Cemas"..

Hanya titik gerimis air hujan...
Tatkala aku menemani kerinduannya dalam remang lentera.
Langit kelam coba ku pandang...
Ku seruak dari sela-sela helai daun-daun bambu.
Sekali lagi ku coba...
Ku beri kuasa dia dalam segala yang semestinya,
manakala bathinku di guyur haru atas cinta kasihnya.
Betapa bahagia hati...
Segala yang dulu nanar di mata,kini telah terbasuh kepercayaannya mengasihi.
Hanya bathin yang coba ku tentramkan...
.."Dia tiada akan tinggalkanku.."..yakinku.
.."Tidak seperti masa lalu..",kenangku dalam semak cemas.

.."Di Kisi-Kisi Jendela Hati"..

Berapa kali lagi aku harus berusaha...
Sekali waktu ku nyalakan lilin di ruangan ini,
dan seperti tampak kenangan-kenangan itu tertata dengan bingkai-bingkai lara di kisi-kisi jendela hati.
Dan pada suatu pagi...
Manakala hujan tinggal gerimis
di tengah-tengah titik gulir gerimis itu..
yang pada detik sama juga menitik dari dedaunan,ku seruak jua kelebatannya dengan angan.
Dua bola mataku sudah jauh lebih dulu memaku dan terbentur di dinding rumah,tetapi benakku lepas serta lolos menembus ke dalamnya..
Hingga masuk dan masuklah aku pada peristiwa yang memagutku selama ini,
masuk dalam dimensi masa lalu beserta waktu-waktu yang telah terlewati.
Ah...
Titik air yang menetes dari dedaunan,menyamakan waktu peristiwa yang sulit terlupa.
Beningnya tak mampu kurasakan...
Hanya mampu ku pandang dan ku pandang mengalirnya ke sela-sela nurani.
Sayang sekali...
Bathinku telah luruh di semai peristiwa itu,
hingga ngilu itu pun mencuil basah kegenapan rindu yang ku rasakan.
Entah berapa musim sudah terlalui...
Semuanya tiada terfikir lagi olehku,sebab kenangan itu bergayut mengisi hati nan perih ini.

.."Arti Setia baginya"..

Dia menanggung beban dari waktu ke waktu...
Terpikul di atas pundaknya sebuah cinta,
membebani hatinya dari kerinduan pada yang terkasih.
Dia mengurung diri...
Memecah waktu melawan kehendak nurani,
mencoba mengingkari dan melupakan segala hal.
Namun dia menyadari...
Cinta di hatinya bukan sekedar pelipur dalam lara,
tetapi awal dia mengenal sebuah kepribadian yang abadi,
tentang lagu-lagu indah dalam sebuah novel.
Dia harus memutuskan...
Hatinya pun mengarah pada ketika benaknya menumpu,
dan bibirnya telah mengucapkan kata cinta buat yang terkasih.
Kini pun dia jalani...
Mencintai sang terkasih walau apapun jua adanya,
menerimanya meski dalam sebuah pertikaian bathin.
Sebab dia sadari...
Itulah yang seharusnya dan yang di tuntut nurani,
semestinya..laksana cinta mula yang berpijak di hati.

01 Mei 2009

.."Lukisan Cinta Luka"..

Perasaanmu berasyik-masyuk...
Menikmati keramah-tamahan di saat itu,
Selaku awal kau mengenal di tengah waktu.
Kau rasakan rasa masa itu...
Coba kau reguk sisanya mendulang haus rindu,
Yang mengalir dari urat kegersangan dalam temu.
Kemudian kau pun sadar dan terhenyak...
Sudah berapa lama keindahan itu terpendam,
Begitu terasa tak usang dan berdebul.
Terkenang sapa manisnya..melayah pandang
Kau pun tiada mampu menghindari dan mengingkari,
Bahwa senyuman itu merupakan keabadian kasih hati,
Semenjak datang lalu pergi hilang musnah.
Duka mu seabad dalam kesedihannya...
Waktu-waktu kau penuhi dengan lukisan cinta yang terluka,
Tersimpan erat walau tak kau ingini adanya.
Tetapi...Perasaanmu menantinya dalam lara
Menunggunya meski telah tergores duka,
Karena perasaan telah terlanjur...
Terlanjur jatuh cinta pada dirinya,
Pada kebenciannya dan pada semua yang pernah membuatmu jatuh hati terhadapnya.

.."Kisah Sendiri mu"..

Satu harapanmu dulu merupakan mimpi manismu...
Meski kau belum tahu apakah disana dia pun merasakan,
Kala cinta bercita itu melanda hatimu..
Kau pun sendiri dalam sebuah senyuman...
Bayang angan manismu datang berlaksa,
Seperti telah kau tahu apa yang kan dia katakan.
Namun...
Bayang anganmu itu akhirnya menjadi duka lara mu,
Sangkamu dulu mampu melukai damai cerita hatimu sendiri,
Seolah kau pun hilang di dalam harapan yang bergemuruh itu.
Lalu...
Dalam hari-hari mu slalu kau tanyakan sendiri,
Apa yang membuatnya tak menerima kehadiran dirimu,
Apa yang membuatnya berbuat demikian,
Dan masih banyak lagi ke-apa-an yang terus terngiang.
Tanpa sadar...
Hatimu telah berada di dalam ruang senja,
Tak mampu kau tahan pekat malam yang menutup terang hatimu,
Kau hanya menyerah dalam kelayuan mimpi-mimpi.
Kau tiada peduli...
Senja itu tak selamanya demikian,
Segalanya itu hanyalah waktu agar kau pun merasakan,
Agar kau mengerti...
Bulan pun mampu memberi terang,
Meski tak seterang matahari,namun percayalah...
Waktu itu kan berganti dan bergulir kesana,
Dimana ada matahari pagi dan segala pengikutnya,
Dimana harapan mu secerah impian dan harapan mu itu.

.."Setia berkenang"..

Kau tabur duka hati di senja itu...
Pada dahan-dahan kering tuju matamu kesana,
Kau iringi landai terpaan bayu dengan berjuta kenangan,
Manis kau kecap meski sekedar bayang-bayang.
Hatimu terisak dalam pendaman rindu...
Dadamu yang lapang terasa sesak berbeban,
.."kemana kan ku sandarkan duka ini?"..
Tanya mu merasakan beratnya.
Hati yang berduka itu telah terlanjung sayang,
Meski semua harapanmu tinggal kenangan.
Namun hatimu masih setia berkenang...
Saat pertama kali seluruh indah itu kau rasakan,
Sampai pada segala itu pun berkalang di dadamu..

.."Kisah Dara Jatuh Cinta"..

Rona pipinya mewarna di dada
Surat cinta anak dara ini menyenja tua
Di tendang alas kaki mencoba mengusir
"Sembab naluri karena sebuah kata..
"Apa cinta yang meski harus ku korbankan?"..
Tangan mungilnya memainkan pena
Kertas wangi berbunga itu di raih
Mengungkit kerapatan hati dengan berkenang
Biar memuai perasaan cinta dalam dadanya.
"Inikah cinta ataukah sekedar nuansa?"..
Gemeretak-retak jemari menggenggam
Sedari lima kali ia coba memahami kembali
Wajah yang ayu itu telah bersimbah peluh
Tak terbaca lagi airmatanya yang mengalir perlahan
Gurat wajah terbenam dibalik gerai rambut
Utas-utasnya laksana mengikut dalam serta
Melupakan kecapan bimbang anak dara.
Tokoh dalam hati nya pun mulai meragui...
Bayangan damai koyak di antara kematraan rasa
Atma tinta itupun meluber ruah,
Berakhir di ujung lelahnya mata,
Redup dan hilang dalam niskala..

.."Terhias di Dinding Hati"..

Ku sempurnakan kenangan di hati..Ku tebar manisnya dalam arak-arakan mega,meski biru kini di harap nurani.Tak pernah terbayangkan begini akhirnya...Semenjak sepeninggalnya di antara waktu,saban hari merenung dalam kesalahan yang seolah tak henti menyalahkan diri.Lukisan cinta yang berduri...Tak tega kuasa ku derita diatasnya,bagaimana hilangku adalah senyuman manisnya,tak hirau sedikit pada kekasih ini yang berpendam peluh.Tak dapat ku seka denting-denting melengking ini...Semalam dalam kekalahan rasa yang berduri,sentuhan-sentuhan itu pun memekik.Tulisan mana yang mampu hilang?..Seluruhnya menghias dinding relung nurani,semakin lama di pandang semakin peduli tuk lari.Tak mampu berkata dan bersuara...Buih-buih ini serasa tak mau pergi,entah..sampai kapan,biarlah...Meski cinta luka itu bermukim di rumah tua bathin ini..

Archives