03 Mei 2009

.."Bilur-bilur Perih"..

.."Dia akan terbiasa tanpaku..",ku yakinkan itu...
Selama ini terlalu besar hatiku berharap,
terlalu banyak hal yang membuatku terpesona padanya,
hingga mampu percikkan cinta di hati.
Tiap saat ku coba perlahan membuatnya mengerti tanpa harus menciptakan goresan luka di hatinya...
Tetapi lain pula segala jadinya,
tajam duri itu pun menghujam dalam sedemikian dalamnya,
hingga hancur harapan ini tuk ku lumat sendiri.
Karena...
Tiap kali aku mendengar dia berkenang cintanya,
tiap kali dia menguak nama kekasihnya,
tiap itu pula hatiku mengharu biru.
Terlalu santun ia menikam..
Terlalu lembut ia menusuk..
Dengan hanya sebuah tatapan mata..yach..tatapan mata yang selama ini ku kenal penuh kedamaian di hatiku.

.."Bunga di Persimpangan"..

Entah mengapa...
Walau ku tahu ia telah melukai perasaan ini
semakin besar niat untuk lekas membuatnya mengerti.
Apakah selama ini dia sengaja tiada memahami...
Terus benakku kala pernah ku tangkap sesuatu
tentang tatapan mata itu telah ungkapkan kata hati.
Hingga nyatanya...
Aku pun menempuh hari-hari dalam sisi nya,
Kalaupun apa yang kurasakan benar dia kehendaki.
Andai tidak...
Aku harus puas menemaninya,
harus puas merawat luka bekas cubisannya.
Karena ku tahu...
Kejujuranku saat ini hanya kan menyentak hati,
hanya kan meluluhkan perasaan indah ini.
Terimakasih...
Walau benih luka telah kau tabur di hati,
namun kau telah memberi indah di hariku kemarin,
meski sekejap terkecap lalu sirna di perjalanan.

.."Semoga Kau Mengerti"..

Pada pagi yang hampir di genapi sinar mentari...
Kala berkehendak nurani,
menyeruak rerimbunan dahan-dahan kering,
serasa kolokan aku dibuai mipi.
Kebimbangan yang mengharungi..
Kebisuan yang terbeban..
Menyerpih serak di kuliti kenangan.
Kenyataanpun mencoba hadir...
Ada tatap mata yang mengusik,
ada tawa yang menyemai hati ini.
Aku sadar...
Perasaanku kini menemui kelembutannya,
seolah mengingini dia hadir bukan sekedarnya,
melainkan seorang yang memberi arti tersendiri.
Mungkin aku pengecut...
Tak berani mengatakan arti getar dalam perasaan ini,
tak mampu jujur menyatakan yang sesungguhnya,
namun aku kan selalu mencoba membuatnya fahami ini semua.

.."Dalam Semak Cemas"..

Hanya titik gerimis air hujan...
Tatkala aku menemani kerinduannya dalam remang lentera.
Langit kelam coba ku pandang...
Ku seruak dari sela-sela helai daun-daun bambu.
Sekali lagi ku coba...
Ku beri kuasa dia dalam segala yang semestinya,
manakala bathinku di guyur haru atas cinta kasihnya.
Betapa bahagia hati...
Segala yang dulu nanar di mata,kini telah terbasuh kepercayaannya mengasihi.
Hanya bathin yang coba ku tentramkan...
.."Dia tiada akan tinggalkanku.."..yakinku.
.."Tidak seperti masa lalu..",kenangku dalam semak cemas.

.."Di Kisi-Kisi Jendela Hati"..

Berapa kali lagi aku harus berusaha...
Sekali waktu ku nyalakan lilin di ruangan ini,
dan seperti tampak kenangan-kenangan itu tertata dengan bingkai-bingkai lara di kisi-kisi jendela hati.
Dan pada suatu pagi...
Manakala hujan tinggal gerimis
di tengah-tengah titik gulir gerimis itu..
yang pada detik sama juga menitik dari dedaunan,ku seruak jua kelebatannya dengan angan.
Dua bola mataku sudah jauh lebih dulu memaku dan terbentur di dinding rumah,tetapi benakku lepas serta lolos menembus ke dalamnya..
Hingga masuk dan masuklah aku pada peristiwa yang memagutku selama ini,
masuk dalam dimensi masa lalu beserta waktu-waktu yang telah terlewati.
Ah...
Titik air yang menetes dari dedaunan,menyamakan waktu peristiwa yang sulit terlupa.
Beningnya tak mampu kurasakan...
Hanya mampu ku pandang dan ku pandang mengalirnya ke sela-sela nurani.
Sayang sekali...
Bathinku telah luruh di semai peristiwa itu,
hingga ngilu itu pun mencuil basah kegenapan rindu yang ku rasakan.
Entah berapa musim sudah terlalui...
Semuanya tiada terfikir lagi olehku,sebab kenangan itu bergayut mengisi hati nan perih ini.

.."Arti Setia baginya"..

Dia menanggung beban dari waktu ke waktu...
Terpikul di atas pundaknya sebuah cinta,
membebani hatinya dari kerinduan pada yang terkasih.
Dia mengurung diri...
Memecah waktu melawan kehendak nurani,
mencoba mengingkari dan melupakan segala hal.
Namun dia menyadari...
Cinta di hatinya bukan sekedar pelipur dalam lara,
tetapi awal dia mengenal sebuah kepribadian yang abadi,
tentang lagu-lagu indah dalam sebuah novel.
Dia harus memutuskan...
Hatinya pun mengarah pada ketika benaknya menumpu,
dan bibirnya telah mengucapkan kata cinta buat yang terkasih.
Kini pun dia jalani...
Mencintai sang terkasih walau apapun jua adanya,
menerimanya meski dalam sebuah pertikaian bathin.
Sebab dia sadari...
Itulah yang seharusnya dan yang di tuntut nurani,
semestinya..laksana cinta mula yang berpijak di hati.

Archives