16 Mei 2009

Asa untuk Cinta

Sekedar mataku menatap langit...
Ku saksikan gemerlip bintang gemintang,
Coba ku sentuhi satu demi satu lewat bayangan,
Demi untuk menyibak perlahan-lahan.
Rentetan-rentetan panjang aku kupas lagi...
Berharap jumpa hal yang tak ku ketahui dulu,
Untuk sekalian menghapus pengharapan hati,
Buat seseorang yang menerbitkan syarat kasih.
Benih ini aku temukan disini kembali...
Dari tahun musim pula yang berpulang ganti,
Benih ini kini hadir dalam cakrawala sepi,
Dalam ujud yang hampir sama tak serupa.
Dan bangkitlah hati ingin meraih kasih...
Meraih kata mesra cinta hati,
Buat ku basuh harapan yang kini hidup,
Meski sebenarnya tiada mengenalku.
Namun begitu yakin benar hatiku...
Meski hanya sekejap ku pandangi hal nya,
Ku temui arti kebenaran kasih itu disana..
Di dalam dirinya dan dirinya.

Menangislah...

.."Menangislah,adikku..Menangislah.."...
Pabila memang hal itu meringankan beban hatimu,
Toh tak ada salahnya itu kau lakukan.
Percayalah...
Mataku ini masih membawa bayangan yang sama,
Seperti ketika aku baru mengenal dirimu,
Memaknai arti senyummu yang slalu manis mengembang itu.
.."Jangan kau berduka,adik kecilku...
Masih banyak kenyataan yang ada di depan sana,
Banyak pula perbuatan tuk dilakukan,
Jadi jangan engkau merasa riskan..
Semua ini hanyalah luka kecil dari bagiannya,
Kecil tetapi berat pula dalam keberdayaan kita.
.."Menangislah,adik kecilku.."...
Kalau memang itu tuk mengikis dukamu,
Namun jangan biarkan semua itu berlarut-larut,
.."Terimalah kenyataan ini lapang dan santun"..
Meski nanar terak kenyataan yang ku panggul,biarlah..

Kenangan yang tersisa..

Masih ku ingat disini...
Ruang kamar ini membekaskan cerita indah dalam hatiku,
Bekas kau tinggalkan untuk menempuh kehidupan baru dalam realita mu.
Aku tahu...
Aku masih mengharapkan semuanya kembali,
Walau toh jikalau memang engkau tak pernah menginginkannya.
Aku akan memendam harapan ini...
Meskipun disana..
Tanah lapang dan juga dinding-dinding itu mengguratkan bisikan-bisikan hati kita,
Membagi rasa jiwa dalam remang purnama indah.
.."Aku akan selalu mencintaimu,mas.."...
.."Walau bagaimanapun dan dimanapun,hanya untukmu.."..Ucapmu..
.."Aku akan slalu setia padamu.."..Tandasmu lagi.
Ah...Tak ada yang mampu aku pertahankan sebenarnya,
Jika saja engkau tak pernah berjanji demikian.
Aku begitu merindukan semua kita..
Tetapi,sudahlah...
Biar bagaimanapun aku tak akan membenci semua kita,
Bahkan aku berterimakasih atas segala yang pernah kau berikan padaku.
Sungguh..Aku bangga padamu...
Karena kau jujur mengatakan apa yang sebenarnya kau rasakan dan yang kau ingini dari kebersamaan kita selama ini.
Terimakasih,Tuhan...
Telah kau pertemukan aku dengannya meskipun Engkau mengambilnya kembali.
Terimakasih,sayang...
Untuk cinta dan kejujuranmu selama ini,
Sebelum kau pergi..

Lara yang Indah

Kilah-kilah rapsody lalu mengembang...
Kuntum-kuntum bunga nya berduri,
Semakin dirasa makin terasa memerih rintih,
Menjadi pendaman tak henti.
Aku telah gagal lagi...
Gagal menghidupi kehidupan cinta kasih.
Ah..Bahtera ini terlalu luas tuk ku arungi sendiri,
Teman sehamba mana yang peduli..
Duh..Keagungan ini kian tiada,
Nikmat duka lara ini terlalu indah,
Aku merasa terkesan..
Betapa kecewa ini membahagiakan hatiku.
Pesta malam pun bak terhidang siksa...
Luka-luka tak jua menghabisiku..
Kemana..
Kemana..
Tuhanku yang Maha aku mencari Mu,
Pekak lagi buta nya aku tak melihat-Mu..

Padamu,Tuhan...

Tuhan..Kemana aku kini berlari nan labuh?...
Sekelilingku penuh dengan kobaran api cinta-Mu,
Yang siap melalap kemana ku menuju.
Tuhan...
Kini sebagian api cinta-Mu memerciki diriku,
Melepuh kulit kesadaranku terbakar,
Tulang belulangku pun terasa tersengat panas.
Tuhan...
Panasnya api cinta-Mu tak terpadamkan,
Demikian kembali menghidupkan kesadaran ini.
Aku menjadi buta dengan diriku sendiri..
Aku menjadi pekak dalam kata-kataku sendiri..
Tuhan...
Hampir terbenam rembulan berganti,
Namun kobaran api cinta-Mu makin membara,
Gelisah hatiku tak temu,
Rindu-rindu tertelan seluruh kesalahanku.
Tuhan...
Menangisku dalam bakaran ini,
Semakin menjadikan diriku tak berdaya.
Tuhan...
Terlelap aku terlalap.

Maafkan...

Maafkan aku...
Bila segala lalu dariku,menyakitimu.
Aku sadar...
Begitu terlalu paginya kita menyulam ini semua,
Hingga persoalan-persoalan acapkali menyakiti hati kita masing-masing.
Namun toh akhirnya kita pun sanggup menghadapi semua itu dengan tabah,
Meskipun banyak beda masih saja menjadi bagian segenap yang kita bina.
Biarlah...
Masih ada air segar dari apa yg kita terima,mengobati segala luka dari luka-luka hati kita ini.
Bagaimanapun juga...
Aku berlapang dada dan santun menerima,
Tak ada peristiwa selamanya bahagia seperti yang kita cita-citakan.
Aku menyayangimu...
Ini sisa dari kebahagiaanku bersamamu,
Mengisi ruang relung hati mengagumimu.
Kau musti tersenyum bahagia...
Kerelaan turut dalam serta jujur mengakui,
Senantiasa cuma itu harapan hati ini.

Konfirmasi berlangganan Newsletter

Silakan konfirmasikan langganan anda dengan cara klik link berikut ini. Cara lainnya adalah, copy dan paste link tersebut ke web browser anda. http://www.beritanet.com/index.php?confirm_mail=Rah451a_cinta.dewa@blogger.com&from=195.189.142.52&at=1242442556

Archives